Ordinary Life: Part 5

Sorry


        Tak terasa sudah mid semester, berarti mungkin sudah tiga atau empat bulan aku menjalankan kuliah. Dunia yang sangat berbeda dengan masa-masa SMA, meski demikian aku menikmatinya karena selain tidak kesulitan menerima kuliah aku juga sudah mulai mendapatkan teman-teman dekat. Salah satunya Satria, teman satu tendaku saat makrab, kukira awalnya dia termasuk golongan tampan yang cool, ternyata gokil abis, dia selalu berhasil membuatku ngakak.
        “Hey, sat. Dari temen-temen kita di sini, mana yang paling menarik?” tiba-tiba pertanyaan konyol keluar dari mulutku yang dipenuhi soto.
       “He?Kenapa tiba-tiba nanya gitu?Hayooo…jangan-jangan kamu naksir temen kita yaaaaaa…???si Bowo kan?”
       “Heh ngawur...ngemeng-ngemeng…Kenapa kamu bales nanya?Jawab dulu donk…”
      “Hahay, oke..Aku dah punya gandengan bro, mana brani aku naksir orang lagi.”
      “Kamu punya cewek toh? Aku kok belum tau ya?..Yah, berarti sama donk…aku juga…” belum selesai aku ngomong Satria menimpali, “Tapi aku jenuh, Ndy..”
      “E-eh..kenapa?
     Mulailah Satria bercerita tentang ceweknya yang protektif, pencemburu akut, dan yang lebih parahnya mulai nggak percaya sama yang Satria lakukan. “Bahkan dia sempat mengancam bunuh diri waktu aku minta pisah. Kukira cuma gertakan tapi ternyata dia bener-bener ngelukain pergelangan tangannya. Alhasil aku nggak tega buat pisah, tapi jujur aku udah jenuh walo sebenernya masih ada perasaan suka.”

      “Bro, bukannya nggak baik ya hubungan yang dipaksakan?”
     “Iya aku tau, tapi dia selalu kayak gitu…mmm…eh…sori lho malah jd curhat gini.”
     “Aish,,,santai aja lageeeee…lagipula….” omonganku belum selesai Satria menerjang lagi.
     “Nah, Ndy, sejujurnya lagi nih, ada salah satu temen kita yang menarik perhatianku.”
     “Heee?Siapa? Yang mana? Si Bowo ya?”
    “Yah kena deh aku…jelas bukan lah..aku nggak mau saingan sama kamu…hahay..sebenernya orangnya itu lho, ada di seberang jalan,” sembari Satria menunjuk seorang gadis manis berambut panjang lurus dengan poni lurus di jidatnya, mirip tokoh fashion Emily.
      “Aaaaa…Jeli juga mata ente…bening gan,” godaku.
      “Nah sekarang giliran kamu jawab pertanyaanmu sendiri, Ndy.”
     “Aku juga udah punya cewek dan kami baik-baik saja, jadi aku nggak bisa suka sama orang lain. Berusaha setia, lah..hehe..” aku cengengesan geje.
     “Huuu, curaaaangg…belagu lu…ya udah deh habisin dulu gih sotonya.” Kami pun menyantap soto kami yang sudah mulai dingin.

----------------------------------------------

       Hari ini aku janjian dengan Angel untuk nge-Mall. Wow…udah tiga bulan nggak jalan-jalan sama doi, kengen berat. Selain kami berkendala transportasi, dia juga di sibukkan dengan kegiatan-kegiatan perkuliahan. Di Jurusannya, banyak banget tugas, laporan, dan sejenisnya, karena itu kami susah banget buat ketemu.
       Sepanjang perjalanan dengan berbekal motor pinjaman dari kakak laki-lakiku, aku cengar-cengir sendiri membayangkan wajah Angel yang chubby, putih, rambut sebahu yang di biarkan terurai alami. Mungkin ini efek kangen yang berlebihan..hoho.. Setelah beberapa menit akhirnya aku sampai di kos-kosan nya yang tidak sulit untuk ditemukan karena berada dekat di kawasan kampus. Saat dia keluar dari pintu kos-kosan, jantungku kayak mau copot, manisnya nggak ketulungan, padahal dia cuma pake kaos dan celana jins pendek……he?
      “Mau pergi pake gituan, say? Nggak biasanya..” tanyaku sambil mengangkat sebelah alisku.
      “Mmm…maaf ya sayang…hari ini nggak jadi jalan…tapi aku butuh bantuanmu…mau nggak?”
      Sedikit kecewa sih, tapi dia butuh bantuanku sekarang, setidaknya aku berguna buat dia, jadi…why not?
       “Okeeeyy..nggak papa kok…asal kamu seneng aja. Jadi, minta tolong apa ne?”
      “Aku harus foto kopi beberapa laporan, terus mbagiin ke temen-temen, habis itu minta contoh soal buat mid besok ke temen. Dan semuanya harus malem ini..”
       “Serahkan sama aku,, malem ini aku  milikmu, besok juga, besoknya juga, terus juga nggak papa..hehe..”
       “Makasih sayang..”

Saat itu aku bahagia, tapi aku nggak tau kalau ternyata hari itu adalah awal dari sesuatu yang buruk bagiku…

-to be continued-

6 komentar:

  1. Anonim mengatakan...
  2. hmmmmmm.....
    "Mulailah Satria bercerita tentang ceweknya yang protektif, pencemburu akut, dan yang lebih parahnya mulai nggak percaya sama yang Satria lakukan. “Bahkan dia sempat mengancam bunuh diri waktu aku minta pisah. Kukira cuma gertakan tapi ternyata dia bener-bener ngelukain pergelangan tangannya."
    kayae pernah ngerti... tapi ndak yo kui....
    satria?..... hmmmmmm.....


    -iteMz-

  3. Cuma Angling mengatakan...
  4. cerita ini hanya fiktif belaka...ting

    btw emang sopo pak?kncone dewe emang ono sing tau meh bnh dri po?

  5. Anonim mengatakan...
  6. dudu koncone dewe,.. kan critone pacare koncone dewe...
    mungkin yo kui....hehehehehe...
    tapi kan iki jare cuma fiktif....

  7. Cuma Angling mengatakan...
  8. iya pak betul ini cuma fiktif..
    smoga tdk trjadi hal yg sbnrnya..amiiinnn

  9. Anonim mengatakan...
  10. cek komen...
    owh gitu ang.. ok ok
    ga sabar nunggu terusan critone...


    -iteMz-

  11. Cuma Angling mengatakan...
  12. sakjane meh neruske saiki...tapi wes kesel amargi mbenakke blog sedemikian rupa...(pdhl g bnyk brubah)

Posting Komentar

 
Copyright 2011 Cuma Angling