Curcol si "ADP"

Pertengahan Semester

   Duduk seorang sahabat laki-laki bernama ADP di depanku, "hmmmm...tiba-tiba keinget jaman pertengahan,," katanya, segera aku langsung menyaut, "he? tumben bro...habis belajar sejarah? apa nemu mesin waktu?"
       "Ah..LO..GUE kan belum selesei ngomong. GUE itu tiba-tiba keinget jaman pertengahan kuliah GUE."
       "Hei, kenapa km tiba-tiba jadi Marshanda gitu?..btw emang ada apa di jaman pertengaha kuliah LO?"
       "Jadi begini ceritanya...."

----------pindah sudut pandang ke si ADP---------

      Waktu itu beberapa minggu setelah aku diputusin sama pacarku. Perasaan nyesek masih ada, soalnya aku diputus dengan alasan yang nggak jelas dan serba tiba-tiba. Ku tanya salahku katanya nggak ada, kutanya sebabnya, jawabannya muter-muter geje. Aku udah mencoba mempertahankan hubungan tapi sia-sia aja, beberapa hari setelah putus dia malah mengakui perselingkuhannya, tapi anehnya perselingkuhannya itu udah terjadi lama dan dia udah berusaha kembali sama aku sepenuhnya...terus kenapa aku diputusin? Minta maaf aja aku terima kok...ah..ya sudahlah...

     Ditengah kegalauanku yang sudah berjalan cukup lama, aku selalu dihibur oleh teman-teman yang sangat baik. Kami selalu berkumpul bersama jika ada kesempatan, bahkan orang-orang sekitar kami menyebut kami Genk (bukan upin ipin lho), tapi kami fine-fine aja disebut the genk

     Suatu hari kami berencana menginap di salah satu rumah anggota the genk yang berada di luar kota. Tapi karena ada urusan, aku berencana menyusul mereka malam hari meggunakan bus terakhir.

    Hari H tiba, teman-temanku berangkat sejak pagi menggunakan sepeda motor. Aku masih sibuk dengan kegiatanku sembari berharap malam cepat datang. Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, aku berkemas dan berangkat menuju halte bus. Meskipun kota tempat tinggal temanku tidak terlalu jauh dari kotaku, tapi transportasi menuju kesana susah sekali dicari jika sudah menjulang pukul 8 malam. Untungnya saat itu aku mudah sekali menemukan bus jurusan kota temanku. Perjalanan kulalui selama kurang lebih 1 jam, aku berhenti di depan gang dan meneruskan dengan berjalan kaki menuju rumah temanku. Oya, di sini tuan rumahnya adalah AN, seorang cewek. Sesampainya di rumah AN, ternyata teman-teman berkumpul di teras, mereka semua mengenakan jaket yang cukup tebal karena memang udara di sana dingin sekali.

      The genk emang udah akrab banget, bahkan ketika aku baru saja menginjak masuk teras, salah satu temanku bernama Okti langsung memelukku dengan erat, "dingin..," katanya. Meskipun kami sudah akrab banget, tapi tiba-tiba tersentil hati ini untuk berdegub dengan kerasnya. Aku ragu-ragu untuk membalas pelukannya, jadi aku cuma meletakkan tanganku dipundaknya. "Iya dingin banget, Okti. untung jaketmu tebal ya, aku jadi ikutan anget nih."

     Kami menginap 3 hari disana. Setiap hari kami cuma bermain, makan, dan tidur...really fun... Banyak obyek wisata yang kami kunjungi, kamu makan makanan khas daerah sana, dan saat tidur, kami semua di jadikan satu di ruang tamu yang cukup luas, semua meja dan kursi di sana disingkirkan lalu diganti dengan beberapa lembar kasur lipat. Hal itu disengaja agar kami bisa mengobrol sepuasnya sampai tumbang satu- persatu. Pada hari ke-dua, saat tidur kebetulan di sebelahku adalah Okti, dilihat dari dekat, wajahnya memang manis, mirip seperti artis Jepang. Kami mengobrol berdua setelah beberapa teman kami tumbang. Saat berhadap-hadapan, lagi-lagi hati ini tersentil, untung saat itu lampu diredupkan, jadi wajahku yang memerah tidak terlihat.

      Jantungku tidak henti-hentinya berdegub kencang, saat mengobrol dengannya, ada konflik batin, mungkin kira-kira seperti ini dialog di batinku:
      A: "Hey, cewek cakep di depanmu, kamu suka kan?tembak aja."
      B: "Jangan, kamu masih sayang kan sama mantanmu? Jangan jadikan Okti sebagai pelarian."
     A: "Hey man...kamu diputusin udah lumayan lama. Kalo mau nggak termehek-mehek lagi, coba cari
            pengalih perhatian kamu."
     B: "Jangan, jangan coba-coba. Bayangin aja kalo kamu jadian ma Okti terus kam masih terbayang-bayang
          mantanmu, kasihan Okti kan?"
     A: "Jadian!"
     B: "Jangan!"
     A: "Jadian!"
     B: "Jangan!"
    Aku: "ssssssssttttt!"

     Setelah batinku beradu argumen, akhirnya aku memutuskan sesuatu.
     "Okti,,,"
     "Iya?"
     "Mmmm.. kamu udah deket sama cowok belum?"
     "Kenapa tiba-tiba tanya itu?"
     "Oh,eh,,,anu...soalnya daritadi kamu cerita nggak ada sama sekali menyangkut soal cowok..hehe"
     "Oh, gitu.. aku belum punya kok..hehe"
    "Mmm,,anuu,,,aku..suka....." belum selesai aku bicara HP Okti berdering dengan kencangnya sampai jantungku berasa copot. 
     "Sebentar ya, aku mau angkat telpon dulu."
    Meskipun remang-remang, tapi aku bisa melihat jelas wajahnya berubah menjadi sumringah, dan karena saking dekatnya posisi kami, aku jadi sedikit bisa mendengar suara di ujung telpon sana, suara cowok.... siapa dia? katanya belum punya pacar?
   "Hey, ADP.. dia mau nyanyi nih, ikutan denger ya," kata Okti sambil menyodorkan HPnya ke tengah-tengah kami.
    "O-oke..." Kudekatkan wajahku ke HPnya dan mulai bisa mendengar seseorang menyanyi lagu berbahasa Jepang di sana. 
    "Suaranya bagus ya, dia bassis di band nya, tapi dia juga bisa nyanyi," bisik Okti berusaha agar si cowok yang menelponnya tidak mendengar.
     "Dia siapamu, okti?" kubalas bisikannya.
     " Ngaku nggak ya..mmm.. Dia lagi ngejar-ngejar aku, tapi sebenernya aku juga suka sama dia."
    Deg! Seketika jantungku berhenti selama beberapa detik. Di satu sisi ku kecewa karena dia sudah memiliki incaran, tapi di sisi lain aku merasa beruntung karena kalimat pernyataanku tadi tidak selesai. Saat itu semua perasaan tentang Okti yang datang tiba-tiba langsung lenyap dalam sekejap. Tapi aku jadi mengerti, dengan mudahnya hilang perasaan ini, itu berarti aku tidak benar-benar suka sama Okti, sekali lagi aku bersyukur karena tidak jadi menyatakan apapun. Kami pun melanjutkan obrolan ringan kai dengan diirigi lagu dari mas-mas yang ada di telpon.
     "Oya, ADP. Tadi kamu mau ngomong apa? Bukannya kalimatnya belum kelar?"
     "Oh itu,,, Aku suka sama gaya rambutmu,,,potong di salon mana? hehe."


-----------Balik ke sudut pandang penulis---------


    "He?? Terus kamu ma Okti gimana sekarang? Terus Okti jadian sama mas bassis?" Tanyaku.
    "Aku sih biasa aja ma Okti, satu genk, man. So nyante aja. Si Okti akhirnya jadian sama mas bassis..hehe."
    "Oooooohhh..."
   "Waktu itu rasanya kayak dikagetin...sekejap dan mendebarkan sensasinya, tapi langsung meredup dengan cepat."
   "Kayak kesetrum donk."
   "Yoi brooo."


------------end-------------
Menurutku yang bisa diambil dari cerita ini adalah Mencintai itu sah-sah saja, asal nggak neko-neko.

2 komentar:

  1. Anonim mengatakan...
  2. bingung bacanya... ini bagian dari cerbung bukan?


    -iteMz-

  3. Cuma Angling mengatakan...
  4. haha...bukan tem, g nyambung kok...labelnya aja beda...

Posting Komentar

 
Copyright 2011 Cuma Angling