Cinta di Ujung Sutet





Sabtu, 7 September 2013


"Aku udah berusaha ngertiin orang lain, tapi kenapa enggak ada yang mau ngertiin aku?" ujar seorang perempuan berusia 25 tahun kepada pemuda di depannya.

Curahan hati nan klasik itu terdengar biasa diucapkan oleh seseorang yang mengalami depresi atau bahasa kerennya, galau. Tapi perempuan bernama Yulianti itu mengatakannya di tempat yang tak biasa, di puncak tower sutet setinggi 50 meter dan bertegangan 150 ribu volt di dekat rel kereta api Jalan Kaligawe Semarang.

Tidak diketahui pasti kapan Yuli mulai memanjat tower, tapi warga di sekitar lokasi memergoki Yuli sudah memanjat dan sampai di bagian tengah tower sekitar pukul 08.00 WIB. Penduduk yang berada di sana pun heboh dan berteriak agar perempuan berbaju ungu itu segera turun.

Teriakan warga dianggap angin lalu, Yulianti tetap memanjat hingga ke puncak tower di ketinggian 50 meter dari permukaan tanah. Untungnya petugas PLN sigap mematikan tegangan sehingga Yulianti tidak tersengat listrik.

Kenapa dia nekat memanjat tower sutet? Setelah ditelusuri, ternyat janda beranak dua itu nekat memanjat tower karena terbakar api cemburu. Pramono, pacar Yulianti  yang seorang duda dituding masih berhubungan dengan mantan istrinya.

Mendengar kabar pacarnya mencoba bunuh diri dengan memanjat tower, Pramono membatalkan berangkat kerja dan memilih melihat kondisi sang kekasih. Pria berusia 34 tahun itu berteriak menggunakan pengeras suara untuk membujuk Yulianti turun. Namun lagi-lagi nihil, Yulianti justru menangis dan memukul-mukul kepalanya sendiri.

Melihat kekasihnya dalam bahaya, Pramono menjelajah memorinya mengingat peristiwa yang menyebabkan sang pujaan hati berbuat nekat. Beberapa hari sebelumnya, mantan istri Pramono mencoba menghubunginya, namun karena handphone berada di tangan Yulianti, kesalahpahaman pun tak terhindarkan.

"Saya sama Yuli sudah tinggal serumah, saya tidak pernah kontak dengan mantan istri saya. Agar Yuli percaya, saya tidak pegang HP, dia yang pegang. Tapi mantan istri saya menghubungi untuk menagih hutang sebesar Rp 2 juta, Yuli cemburu," kata Pramono.

Entah apa yang dipikirkan Yulianti, dia berkali-kali berniat menghabisi nyawanya sendiri menggunakan pisau karena cemburu. Beruntung Pramono selama ini bisa menghalaunya. Namun tidak hari ini (7 September 2013), Pramono kecolongan, Yulianti berniat mengakhiri hidupnya dengan meloncat dari tower.

"Yul, turun yul, anak-anakmu masih kecil. Ingat ibumu, Yul," teriak Pramono lewat pengeras suara.

Satu jam berlalu, Tim SAR, BPBD, dan bantuan dari Mapala Argajaladri tiba di lokasi. Tim evakuasi itu menyusun rencana penyelamatan dengan memanjat dan nantinya membawa turun Yulianti. Sementara itu kerabat yang ada di bawah diminta terus memotivasi lewat pengeras suara.

Ketegangan pun terjadi, ketika salah satu anggota Mapala, Adib Fauzi sampai di 3/4 ketinggian tower. Saat itu Yulianti justru berdiri dan tidak berpegangan, padahal angin di atas berhembus cukup kencang.

Perlahan Adib terus melangkah menuju puncak sambil memperkenalkan diri dan berbincang santai. Hal itu dilakukan agar Yulianti merasa rileks.

"Pemandangannya bagus ya dari sini," kata Adib memulai obrolan ketika tiba di puncak tower.

Satu persatu tim evakuasi tiba di puncak, mereka bernegosiasi dan membujuk Yulianti agar mau turun ke bawah. Beberapa permintaan pun dilontarkan Yulianti. Awalnya ia curhat kepada tim evakuasi, kemudian ia ingin menelpon ibunya yang ada di kendal. Setelah dituruti, ia ingin menelepon Pramono dan menyuruhya menyusul ke atas. Tapi tentu saja keinginannya itu beresiko. Tim evakuasi kembali mencari akal, mereka terus bernegosiasi sambil memasangkan pengaman ke tubuh Yulianti.

Setelah dua jam lebih berlalu, Yulianti akhirnya mau dievakusi. Dengan berpegang erat ke tubuh salah satu anggota Tim SAR, ia diturunkan menggunakan tali yang diulur dari atas. Setibanya di bawah, Yulianti yang sudah lemas langsung diberi nafas bantuan lewat tabung oksigen sembari diangkat menuju mobil polisi yang sudah bersiap. Yulianti segera dilarikan ke rumah sakit, sedangkan Pramono dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.

Entah, apakah aksi nekat Yulianti itu menunjukkan rasa cinta atau egois, tapi yang pasti perasaan apapun terhadap seseorang tidak sepatutnya diperlihatkan secara ekstrim bahkan membahayakan. Alih-alih mendapat perhatian, bisa saja justru buli, kebencian, bahkan kematian yang akan diperoleh.


sumber: media

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2011 Cuma Angling