Ordinary Life: Part 7

  I'll do Anything for You


   “Aku ma Satria udah pacaran dua tahun lebih dan ini hampir tahun ke tiga. Selama dua tahun hubungan kami, nggak ada masalah yang serius, tapi sejak kuliah dan kami jarang bertemu, dia mulai berubah,” Ina curhat dengan wajah yang serius dan terlihat genangan air di ujung matanya.
    “Emm, mbak,,,anu,,, tuh air jangan sampe netes ya…nanti dikira aku yang ngapa-ngapain mbaknya..hehe,” candaku agar suasana tidak terlalu kaku.
    “Oh iya..maaf.. selalu gini kalau ingat perubahannya.”
    “Nggak papa, asal nggak netes. Air mata wanita itu berharga lho. So lanjut, emang gimana perubahannya?”
    “Mmmm…dia sekarang ini lebih suka emosi, jarang ada waktu buat aku, perhatiannya pun berkurang, dan kalau SMS-an selalu balasnya lama dan pendek seperlunya saja. Kalau kamu, mas, ada di posisiku apa yang bakal terpikirkan?”
   “Mmm..jawabanku jangan di jadiin patokan ya,,, kalo aku pasti mikir dia lagi ada sesuatu yang lebih penting yang harus di perhatiin  daripada kamu,,, tapi belum tentu juga perhatiannya buat cewek lho, bisa aja kuliahnya.”
    “Tapi aku merasa ini nggak adil, aku udah ngasih apapun sebisaku…”
   “Eits, mbak. Itu artinya kamu pamrih, donk. Kalo sayang atau cinta, jangan mengungkit-ungkit apa yang sudah diberikan.”
  “Iya mas, aku juga pernah berpikir kayak gitu, tapi nggak bisa. Aku udah ngasih ‘semuanya’ ke dia.” Tes..tes…air matanya sudah tidak terbendung lagi.
    “Semuanya?! Mak-sud-nya?”
    “Ya ‘semuanya’, mas.”
   “A~.aaa~…,” pikiran ngeresku mulai beraksi, “anu…nggak kayak yang aku pikirkan, kan? Satria setauku bukan orang kayak gitu.”
    “Ya aku juga berharap Satria bukan orang yang seperti itu.”
  “Haduuuh,,kalo emang bener gitu, kenapa kamu bisa dengan enjoy-nya cerita semua ini ke aku? Bahkan kita baru ketemu hari ini.”
   “Karena setauku mas Andy ini yang paling deket ma Satria…. Plis mas, tolong aku, jangan sampai Satria direbut orang, aku nggak mau kehilangan dia. Setiap dia minta pisah, aku selalu rela nglakuin apapun biar itu nggak terjadi.”
   Mendengar itu aku langsung teringat cerita Satria waktu di warug soto.. “Bahkan dia sempat mengancam bunuh diri waktu aku minta pisah. Kukira cuma gertakan tapi ternyata dia bener-bener ngelukain pergelangan tangannya,” kata-kata Satria terngiang-ngiang di kepalaku dan kubuktikan dengan melihat pergelangan tangan kiri Ina. Ada bekas luka memanjang di sekitar urat nadinya.
    “Aduh mbak, aku bisa bantu apa coba?”
    “Apapun, mas.”
  “Waduh….mmm…yaudah gini aja, mbak. Aku bakal ngasih tau mbak kalo memang ada gelagat Satria deket sama cewek, tapi deket sama teman nggak aku hitung lho.”
    “Iya mas, aku ngerti.”
   “Satu lagi…kamu kayaknya orang yang nggak sabaran kalau menyangkut Satria. Jadi aku minta tolong kamu jangan melakukan hal yang aneh-aneh atau berprasangka buruk sama Satria sebelum ada kabar buruk dari aku. Dan kalau aku nggak ngasih kabar, berarti semuanya fine, oke mbak Ina?”
    “Okey. Makasih banget ya…maaf udah nambahin pikiran, aku nggak tau lagi harus cerita ke siapa.”
    “Santai aja lagi..”
    “Kalau gitu aku pamit sekarang ya…sekali lagi makasih.”
   “Iya…sama-sama…” kutebar senyum padanya.

----------------------------------------------------------

    Sejak sampai dirumah, setiap lima menit sekali kulihat HPku, berharap ada pesan dari Angel yang mampir. Tapi nihil, nggak ada pesan sama sekali, bahkan promo-promo dari operator pun nggak ada.
    “haaaahhh….sepinya hape ini, apa jangan-jangan di dunia ini cuma aku yang punya hape?” gerutuku.
   Setelah kurang lebih dua jam menunggu HP berdering, kuputuskan untuk memulai mengirim pesan ke Angel. Mungkin Angel penganut kepercayaan ‘cowok harus menghubungi dulu atau cowok harus nembak dulu dan sebagainya’…
    Pesan yang kukirim sedikit monoton, kisaran tanya kabar, sudah makan belom, lagi apa, sama siapa dan balasan dari Angel pun akhir-akhir ini sama, hanya menjawab kabarnya, dia udah makan, lagi SMS-an ma aku, sendiri,,,dan nggak ada pertanyaan buat aku. Karena seringnya hal itu terjadi, pikiranku mulai mengotori rasa sayangku pada Angel. Aku berpikir jangan-jangan dia sudah mulai bosan dengan hubungan kami, bahkan berkirim pesan pun dibuat sesingkat mungkin.
   Pikiran gila tiba-tiba muncul… apa aku minta tolong sama temen Angel aja, kayak yang dilakuin Ina ke aku…hmmmmm…..



Setelah kupikir ulang, rencanaku tersebut kayaknya bakal membuat runyam hubunganku ma Angel….dan ternyata benarrrr…


-to be continued-

2 komentar:

  1. Anonim mengatakan...
  2. Astagfirulloh.... Satria ternyata.... Aku tidak menyangka....


    -iteMz-

  3. Cuma Angling mengatakan...
  4. Ngakakakak...sekali lagi ingat "cerita ini hanya fiktif belaka"...ngakakakakak...
    itu adalah salah satu 'impact' dari cerita Ordinary Life...hoo

Posting Komentar

 
Copyright 2011 Cuma Angling